Wisata Pura Taman Ayun, didirikan Sejak Tahun 1632
Wisata Pura Taman Ayun, didirikan Sejak Tahun 1632 - Sejak Tahun UNESCO salah satu lembaga dunia PBB, mengukuhkan Pura Taman Ayun, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, sebagai warisan budaya dunia sejak 2012 lalu. Sejak dikukuhkan sebagai cagar budaya dunia, keberadaan Pura Paibon dari Puri Ageng Mengwi, ini menjadi terkenal di dunia sebagai salah satu destinasi wisata di kabupaten terkaya di Bali ini.
Menjangkau Pura yang ada di tengah tengah pusat Kerajaan
Mengwi ini tidak begitu sulit. Terletak sekitar 18 kilometer arah Utara dari
Kota Denpasar. Pura ini memiliki hubungan erat dengan berdirinya kerajaan
Mengwi yang memerintah pada tahun 1627 Masehi (1549 Saka), Disebutkan, Pura
Taman Ayun selesai dibangun dan diplaspas tahun 1634 Masehi (1556), pada masa pemerintahan
Raja Mengwi pertama, I Gusti Agung Ngurah Made Agung yang kemudian bergelar Ida
Cokorda Sakti Belambangan.
Pura Taman Ayun merupakan Pura Paibon atau Pedarman dari
keluarga Raja Mengwi untuk memuja roh para Leluhur dari raja- raja yang diwujudkan
dengan dibangunnya sebuah gedong paibon (terletak di sisi utara pura Taman
Ayun).
Agung Gede Agung mengatakan, nama lain Kerajaan Mengwi
adalah Mangupura, Mangarajia dan Kawiyapura. Selain itu itu Kerajaan Mengwi
memiliki sejarah yang sangat panjang dengan berbagai pengalaman sebagai sebuah
kerajaan besar pada masanya dulu. Mengenai arsitektur dari bangunan Pura Suci
Taman Ayun Mengwi dirancang dan dibuat oleh rekan dari Raja Mengwi, seorang
keturunan Cina dari Banyuwangi yang bernama “Ing Khang Ghoew”.
Sesuai namanya tempat suci yang keberadaannya dikelilingi
oleh kolam taman air yang indah. Sedangkan fungsi dari Pura Suci Taman Ayun ini
digunakan oleh masyarakat Hindu Bali, khususnya yang ada di sekitar wilayah
Mengwi untuk menghormati dan mengungkapkan rasa syukur serta terima kasih
kepada Tuhan Yang Maha Esa (Sanghyang Widhi Wasa) atas semua berkah yang telah
diberikan dengan melakukan upacara keagamaan yang diadakan rutin setiap 6 bulan
sekali (setiap 210 hari) sesuai pada kalender Bali.
Disamping itu fungsi lain dari Pura Taman Ayun Mengwi juga
merupakan sebuah taman sebagai tempat untuk beristirahat dan berekreasi bagi
para keluarga Raja Mengwi, dan Pura Taman Ayun mempunyai luas 4 hektar (40.000
M2) dengan lokasi ketinggian dari Pura Taman Ayun berada pada sekitar 180 meter
– 240 meter dari atas permukaan air laut.
Pura Paibon Raja Mengwi ini telah mengalami beberapa kali
perbaikan yang diakibatkan bencana gempa bumi yang melanda pulau Bali. Renovasi
pertama dilakukan pada hari sabtu 20 Januari tahun 1917 Masehi, kemudian tahun
1937 Masehi telah dilaksanakan perbaikan secara global, berikutnya tahun 1949
Masehi, menyusul perbaikan pada tahun 1972 Masehi dan yang terakhir pada tahun
1976 Masehi sehingga tampak seperti yang kita lihat sekarang
Sebagaimana halnya pura – pura di Bali, Pura Taman Ayun
dibagi dalam konsep Tri Mandala. Utama Mandala (area utama) yang menjadi pusat
dari seluruh aktivitas ritual, Madya Mandala, (area tengah) dan Nista Mandala
(area terluar). Untuk masuk ke utama Mandala dari Jaba tengah, maka dibangunlah
sebuah tangga penghubung yang disebut dengan kori agung (Paduraksa), sedangkan
pada Madya dan nista Mandala dibangunlah candi bentar (apit surang) yang
berfungsi sebagai gapura atau pintu masuk.
Untuk bagian Utama Mandala sendiri, dipaparkan selain
terdapat gedong paibon, di bagian utama Mandala ini juga terdapat juga
dilengkapi dengan pelinggih – pelinggih yang difungsikan sebagai pelinggih
pesimpangan atau pengayangatan dari beberapa pura Kahyangan Jagat yang ada di
Bali.
Di Pura Taman Ayun ini juga dibangun pelinggih tempat
menyembah Pasek Badak. Palinggih ini untuk menyembah rohnya Pasek Badak yang
disungsung oleh segenap “Bala Putra” teruna Bata-batu (prajurit kerajaan).
Pura Taman Ayun sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya
kerajaan Mengwi, dimana pada tahun 1890 Masehi (1812 Saka) timbullah perang
dengan Raja Badung. Saat itu Kerajaan Mengwi mengalami kekalahan dan Raja
Mengwi yang kesepuluh yakni I Gusti Agung Made Agung gugur dalam pertempuran
itu dan segenap keluarga raja yang masih hidup menyelamatkan diri ke wilayah
sebelah timur.
Selama ada dalam pengasingan, Pura Taman Ayun ini diakui Gde
Agung tidak terpelihara seperti sebelum perang. Sehingga timbullah
kerusakan-kerusakan pada bangunan pelinggih yang ada.
Sampai saat ini keberadaan dari Pura Hindu Kerajaan Mengwi
Taman Ayun sangat terkenal, juga sangat ramai dikunjungi oleh para wisatawan
baik lokal, domestik, maupun wisatawan mancanegara ketika mereka menikmati
paket liburan wisata terbaik di pulau Dewata Bali. Harga tiket (karcis) masuk
sangat terjangkau. Per orang wisatawan dikenakan tiket masuk sebesar Rp. 30.000
per orang dan harus di bayar di loket pintu masuk sebelum menuju obyek Wisata
Pura.[jw]

Tidak ada komentar: